REPUBLIKACO.ID, Oleh: Asep Sapa’at, Direktur Sekolah Guru Indonesia (2012-2014)/Litbang di Klinik Pendidikan MIPA Merdeka! Pekikan yang begitu menggetarkan. Beda zaman, beda nuansanya. Maka itu, pemaknaan kata merdeka menyesuaikan konteks kekinian. Bagi koruptor, merdeka itu tobat dari perilaku merampok uang negara.Siap hidup sederhana, Hai Sobat Guru Penyemangat, sudahkah kamu menyemangati dan memberi salam kepada guru yang sekarang ada di dekatmu?Mudah-mudahan sudah, ya. Karena salam dan semangat adalah salah satu cara sederhana kita dalam membahagiakan serta mengapresiasi yang kita ketahui, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang rela berkorban keringat, waktu, tenaga, bahkan uang demi menjadikan kita pelajar yang berprofil harapan tersebut adalah tugas yang berat bagi seorang guru. Tambah lagi di situasi pandemi seperti saat sekarang guru bukan lagi sekadar tentang keadaan melainkan juga tuntutan adaptasi dengan situasi lingkungan hingga keadaan negeri kurikulum yang berubah-ubah, tentang kebijakan menteri yang berganti, hingga tentang kebijakan buka-tutup biarlah. Kenyataannya guru adalah pribadi yang kuat dan teguh hatinya. Kita sebagai seorang pelajar pun bisa tetap bahagia dan semangat menimba ilmu dari sosok pahlawan tanpa tanda pada kesempatan kali ini, ingin menghadirkan contoh pidato tentang teks pidato dengan tema guru pahlawan tanpa tanda jasa berikut ini disajikan lengkap dengan pantun dan cocok untuk siswa SD, SMP, maupun langsung disimak saja yaTeks Pidato Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Lengkap dengan PantunAssalamu’alaykum Warahmatullah WabarakatuhSelamat Pagi dan Salam Sehat untuk Kita SemuaYang Terhormat, Bapak/Ibu Kepala SD/SMP/SMAYang Terhormat, Bapak/Ibu Dewan GuruSerta Teman-teman yang berbahagia;Pertama di atas segalanya, marilah kita panjatkan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, serta nikmat kesempatan sehingga kita dapat berkumpul di ruangan/lapangan ini dalam rangka memeriahkan Hari Guru Nasional Tahun beserta salam kita hadiahkan kepada junjungan semesta alam, Muhammad SAW. Semoga dengan seringnya bershalawat kita akan mendapat pertolongan beliau di Hari Kiamat Ibu, serta teman-teman yang berbahagia;Rasanya kita semua sudah tahu bahwa seorang guru adalah pahlawan. Lebih tepatnya pahlawan tanpa tanda banyak berkorban keringat, waktu, serta tenaga untuk kemajuan bangsa ini tepatnya dari sisi pendidikan, adab, dan akhlak Baca 6 Adab Siswa Terhadap Guru dalam Kitab Taisirul KhollaqLebih daripada itu, guru pula dituntut oleh pemerintah, pejabat daerah, kepada dinas, hingga wali murid agar mau dan mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang berkarakter hari kerja, mereka datang ke sekolah sejak pagi-pagi buta. Guru sering kali merasa perlu datang lebih cepat daripada siswa karena mereka khawatir dengan sekolah. Takutnya ada peristiwa yang tidak demikian ketika jam istirahat tiba. Teman-teman pasti pernah menemukan guru yang amat sangat perhatian. Mencegah kita berlari-lari sana-sini. Melarang kita berkerumun di semak belukar dan taman bunga, bahkan meminta kita untuk tida bermain terlalu yang saya banggakan;Apakah kita tersadar dengan peran guru sebagai orang tua sekaligus pahlawan yang tak mengenal tanda jasa tersebut?Barangkali kesadaran kita tidak akan muncul saat ini, tapi nanti ketika umur mulai beranjak dewasa, kita semua akan segera mengerti. Meski begitu, rasanya kita tidak harus menunggu tua untuk memahami semua itu, kan?Maka dari itulah, penting bagi kita selaku generasi muda penerus bangsa untuk lebih menghargai, menghormati, serta menaati perintah guru entah itu saat belajar tatap muka maupun belajar kita sadari, guru semenjak pandemi ini juga sibuk belajar. Mereka sibuk memperbaharui keterampilan menggunakan teknologi informasi dan aplikasi untuk agar bisa bermain game, melainkan guru ingin menampilkan metode pembelajaran yang asyik dan yang saya sayangi;Bagaimana cara kita menghargai guru sebagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa? Sebenarnya jawabannya sangat sederhana yaitu, jika kita belum bisa membahagiakan mereka, maka janganlah kita membebani dan menyusahkan hati pasti menyadari bahwa diri ini terkadang merasa sulit dalam memahami pelajaran, tambah lagi jika diminta harus mendapat nilai yang tinggi. Itu sungguh tuntutan yang begitu, sebagai seorang pelajar yang tangguh, sudah semestinya kita jangan terlampau mudah berputus asa. Patah arangnya seorang siswa sejatinya sama saja dengan membebani dan menyusahkan untuk memahami pelajaran, eh malah asyik bermain dan ribut di dalam kelas. Diajak untuk mencoba mengenal dunia, eh malah kurang peduli dengan kata-kata dan ucapan guru. Sangat disayangkan perilaku tersebut malah menyusahkan guru dan menambah beban Ibu, serta teman-teman yang berbahagia;Pada momentum yang berbahagia ini, marilah kita senantiasa mengapresiasi semua guru dan jangan pernah bosan untuk membahagiakan mereka. Soalnya guru juga adalah pahlawan. Tepatnya pahlawan tanpa tanda pidato yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini. Izinkan saya mengakhiri dengan pantunDi sebalik bungkus kasur ada busaDi sebalik pedasnya sambal ada sasaGuru adalah pahlawan tanpa tanda jasaDengan abdi yang terkenang sepanjang masaWassalamu’alaykum Warahmatullah WabarakatuhNaskah Pidato Guru Sebagai Sosok Pahlawan Singkat, Padat, dan Warahmatullah WabarakatuhSelamat Pagi dan Salam Sehat untuk Kita SemuaAlhamdulillah. Assalatu wassalamu ala rasulillah. Wa ala alihi wasohbihi wa Terhormat, Bapak/Ibu Kepala SD/SMP/SMAYang Terhormat, Bapak/Ibu Dewan GuruSerta Teman-teman yang Saya Banggakan;Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat tiada habisnya sehingga kita bisa berkumpul di lapangan/aula/ruangan ini dalam keadaan tanpa kurang suatu apa berlantunkan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan dengan seringnya lidah ini bershalawat, kita bakal mendapat pertolongan beliau di Hari Kiamat Ibu, serta teman-teman yang Saya Banggakan;Seberapa sering kita mendengar ucapan “Guru adalah sosok pahlawan”? Sungguh sering, ya. Guru adalah sosok pahlawan yang tidak pernah mengakui bahwa dirinya adalah pahlawan. Maka dari itulah kita juluki mereka dengan sebutan “Pahlawan Tanpa Tanda Saja”.Entah itu tahun 1945, entah itu tahun 2000-an, dan entah itu tahun 2021 di era pandemi, rasanya ucapan di atas masih sangat cocok dan berlaku. Begitulah, karena sejatinya jasa, daya, karya, dan kecintaan guru akan selalu bertahan sepanjang masa dan enggan tergerus oleh Baca Jadilah Guru yang Berkesan, Karena Guru yang Berkesan Akan Dikenang Sepanjang MasaSebagai sosok pahlawan, guru laksana lilin yang rela membakar dirinya sendiri untuk menerangi dalam kelas, guru membawa isi dunia dan mengenalkannya kepada kita para siswa. Sedangkan ketika di di luar kelas, guru mengenalkan kepada kita tentang luasnya yang bisa kita petik adalah agar tetap rendah hati dan jangan sombong atas ilmu yang kita dapatkan selama di dalam yang berbahagia;Ada banyak jalan menuju ke istana, maka ada banyak jalan pula untuk membahagiakan guru. Kita sudah pasti menyadari bahwa diri ini tiada akan bisa membalas jasa para guru. Biarpun begitu, sebagai seorang pelajar yang beradab kita wajib menghormati dan patuh terhadap bahwa adab adalah kunci utama dimudahkannya ilmu. Sayangnya sekarang semenjak kemajuan teknologi dan informasi, sebagian teman-teman kita adabnya mulai dari mereka malah bersibuk-sibuk ria berteman dengan Google, TikTok, Facebook, YouTube, Instagram, hingga beragam aplikasi lainnya bahkan di saat jam pelajaran teknologi sejatinya merupakan kabar baik bagi kemajuan bangsa ini, namun bila tak digunakan dengan bijak dan sebagaimana yang semestinya, maka teknologi yang dimaksud tadi bakal melukai dan menghancurkan diri seorang siswa itu tentang adab kepada kita yang diminta berjalan rendah dan menunduk di hadapan guru bukanlah untuk menganggap mereka sebagai raja kita yang diminta berkata-kata baik dan lemah lembut kepada guru bukanlah untuk menjadikan mereka sebagai sebaik-baiknya Baca Pidato Guruku Pahlawanku dan Inspirasiku yang Singkat dan Menyentuh HatiJadi, sebenarnya untuk apa sikap berkebaikan kepada guru? Tiada lain ialah agar kita bisa semakin meninggikan adab sehingga ilmu dan pengetahuan yang mereka ajarkan dapat berbekas di hati dan akal pikiran Ibu, serta teman-teman yang berbahagia;Demikianlah kiranya pidato yang bisa saya sampaikan pada hari ini. Izinkan saya mengakhirinya dengan sebait pantun untuk guruPergi ke toko mebel mencari pitaPita tak ada malah kubeli pakuAda banyak pahlawan di dekat kitaSalah satunya ialah para guru di hadapankuWassalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh***Nah, demikianlah tadi segenap contoh pidato bertema guru pahlawan tanpa tanda jasa yang lengkap dan menyentuh bisa mendulang manfaat bagi kita semua Aniestidak setuju jika guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Menurut Anies, jasa guru terus melekat pada diri setiap warga negara yang pernah dididiknya. "Kita semua tahu bahwa kita semua yang ada di sini membawa jasa guru. Saya tidak setuju guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa karena setiap hari kita membawa tanda (jasa) itu
“Puisi untukmu guru “ Embun Pagi nan sejuk mengalir diantara dedaunan dikala pagi menjelang. Sang surya mulai menampakan senyum nya. Rangkaian perbukitan yang menjulang tinggi, flora dan fauna yang masih sangat terjaga kemurniannya, sungguh anugrah yang indah dan mahakarya terhebat dari-NYA sang pencipta alam, Irian jaya, Indonesia ku. Dialah wati seorang wanita separuh baya yang terkenal dengan logat melayu nya. Ya, ia berasal dari Riau tepatnya di daerah inhil. Namun kini telah bekerja selama 1 tahun di negri cendrawasih itu tepatnya di daerah perbatasan terluar marauke. Sungguh pengorbanan yang mungkin tak terfikirkan oleh sebagian orang untuk mengabdikan dirinya di daerah yang sangat sulit dijangkau untuk ukuran jarak Sumatera-irian jaya, dari ujung ke ujung. Namun hal itu tak menghentikan niat wati untuk dapat mengajar di daerah tersebut. Terinspirasi dari kondisi social masyarakat yang sedikit tidak mengiris hati untuk menyaksikan kemiskinan, pendidikan yang bisa dikatakan sangat menyedihkan, tak terlepas dari social control yang tak lagi terkontrol, perang antar suku yang mecuat terjadi dimana-mana tanpa mengenal waktu dan tempat bagaikan tiada lagi arti persaudaraan. Bagaimana dengan anak-anak disana yang menerima nasib hidup di daerah demikian? bagaimana pendidikan nya yang berujung pada masa depan yang tak jelas kemana arahnya?. Mereka juga anak Indonesia sama seperti mereka-mereka yang ada di Riau, Jakarta, Yogya, Bali dan wilayah Indonesia lain nya. Mereka juga punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan layak seperti anak-anak Indonesia di belahan pulau lain nya. Sungguh ironis jika negeri yang kaya raya ini tidak mampu memeratakan pendidikan yang layak sebagaimana mestinya. Batin nya tersentak dengan kondisi demikan . Beberapa serentetan pertanyaan itulah yang menggerakkan dan menggugah hati wati untuk tidak mengatakan “saya tidak peduli”. Dan kini ia telah mendapatkan satu tempat disana sebagai tenaga pengajar di daerah tersebut. Mengajar, mendidik dan terus berdikari buat mereka generasi-generasi kecil penerus bangsa kelak. Ya, wati disana wati bekerja sebgai seorang guru Sekolah Dasar terpadu di salah satu desa di kabupaten tersebut yang muridnya bisa dibilang dengan hitungan jari saja. Tiadalah mengapa bagi seorang wati, baginya, bukankan untuk melakukan suatu perubahan mesti dimulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Tak peduli dengan gencar-gencar nya perselisihan, gencatan perkelahian antar suku yang sengit nya acap kali mengurangi niat seseorang untuk berkunjung di daerah itu, tapi Wati, tetap kuat dengan pendirian nya yang kokoh untuk tetap menjunjung tinggi amanah sebagai tenaga pengajar dan pendidik. Saban hari tanpa mengenal lelah ia beranjak melewati bukit, sungai dan terjalnya jalan yang menghiasi kawasan tersebut. Sejak matahari terbit hingga terbenam kembali. Tiada kata keluh apa lagi putus asa meskipun hidup disana merupakan sebuah tantangan lahir maupun batin nya. Mengajar dengan bayaran yang bisa dikatakan rendah tak mengurung niatnya atas kepedulian terhadap kondisi pendidikan disana. Tidaklah mengapa bagi seorang wati mendapatkan bayaran kecil, karena itu tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Baginya melihat anak-anak memperoleh pendidikan yang layak jauh lebih membahagiakan ketimbang memperoleh bayaran yang besar tanpa bisa melihat dan mendengar suara hati, harapan anak-anak bangsa disana. Di ruang kelas yang berukuran lima kali lima meter, tempat dimana wati menyalurkan ilmunya, mengajar dan mendiidk murid-murid nya dengan kondisi demikian sederhana. Anak-anak tanpa alas kaki, baju yang bisa dikatakan tak lagi layak pakai, buku-buku seadanya tampak begitu nyata yang menimbulkan kesan iba bagi yang melihat nya. Namun wati tak melihat surut nya perjuangan anak-anak tersebut untuk memperoleh pendidikan. Dengan kata-kata sederhana namun penuh kasih sayang wati mengajar dan mendidik murid-muridnya. “Ayo, anak-anak...siapa yang tau hari ini hari apa ? Suasana tersentak hening berfikir. Lalu salah satu murid menjawab dengan penuh semangat. “saya bu, hari ini hari guru.. “ “Ya, benar sekali amin. Jadi hari ini adalah hari guru. Nah, ibu mau nanya lagi. Siapa diantara kalian yang mau jadi guru ? “. Wati kembali bertanya.. Seketika itu beberapa murid mengacungkan tangannya, mengisyaratkan bahwa mereka berkeinginan menjadi seorang guru dan beberapa murid lain juga mengutarakan cita-cita nya yang beaneka ragam. “Ya, anak-anak ibu semua adalah anak yang hebat. Punya cita-cita. Kalian harus kejar cita-cita kalian..untuk menggapai apa yang kalian inginkan”. wati menundukan lalu sedikit berpaling dengan mata yang berkaca-kaca. Wati merasa begitu bahagia melihat antusias para murid-muridnya yang begitu bersemangat. Wati terharu atas keinginan besar mereka. Mereka punya cita-cita, mereka punya masa depan sama seperti anak-anak lainya, tinggal bagaimana cara kita seorang guru untuk membantu membimbing mereka menuju puncak harapan tersebut. Salah satu murid berdiri dengan tiba-tiba.. “ Puisi untuk mu guruku “ Bagai embun yang sejuk kau basahi diriku dengan tulusnya didikan mu Bagai pelita kau terangi aku dalam gelapnya pengetahuanku Hingga ku lihat jendela terang yang bersinar memantulkan cahaya abadinya ilmu mu, Aku bersyukur karena Ia telah ciptakan engkau bagi kami murid-murid mu Tanpa lelah kau bimbing, ajar dan didik kami hingga kami mengenal huruf, angka bahkan dunia, engkau adalah cahaya kami.. Tetaplah menjadi pembimbing kami, Dalam kesuraman, kehampaan, kehausan akan ilmu pengetahuan dan pendidikan Hingga akhirnya kami mencapai puncak yang begitu tinggi, cita-citaku Terima kasih guru, engkau adalah pahlawan kami, pahlawan tanpa tanda jasa. “Selamat hari guru…” sontak seluruh murid berdiri dan berteriak dengan ceria. Wati tersentak melihat murid tersebut yang secara tiba-tiba membacakan puisi buatnya. Sekali lagi mata wati berkaca-kaca mendengar puisi dari salah satu murid di kelas tersebut. Itu adalah puisi terindah yang pernah ia dengar. Ia begitu terharu, bahwa sebegitu indahkah posisinya sebagai seorang guru dimata murid-murid nya. Ya, bahkan lebih indah dan mulia jika semua itu dilakukan oleh seluruh guru dengan penuh amanah dan keikhlasan. Teruntuk semua guru yang telah mengajar, mendidik dan membimbing ku dengan penuh pengorbanan dan keikhlasan J .
CerpenTentang Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Terlupakan Cerita seorang anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya semasa kecil.sadara-saudaranya pun tak mau menampung dia. Ia hidup sebatang kara,sendiri tanpa arah dan tujuan yang pasti.sehari-harinya ia hanya bekerja sebagai pengamen jalanan untuk membeli makanan dan minuman.
Cerpen Karangan InayALmahdiKategori Cerpen Islami Religi Lolos moderasi pada 29 October 2014 Sebut saja namanya nazam, nazam kecil yang hidupnya masih meniru orang-orang yang berada di lingkungannya atau dalam istilah sosiologinya game stage. Seorang anak kecil yang memerlukan pendidikan yang luas, ajaran moral yang baik ini hidup di pesisir pantai yang kebanyakan orangnya berwatak keras. Rumah yang sederhana dan ajaran moral yang baik dari orangtuanya kini membuatnya selalu berpikir dalam setiap tindakannya “nazam…” panggil temannya, dia langsung menjawab dengan senyuman di pagi hari dengan semangat dan seragamnya yang rapi serta tas gendongan yang melekat di punggungnya “zam… Kita main air yuk… Sambil nyari keong di pantai” ajak salah satu temannya “entar lah… Ku ingin sekolah dulu.” tolak nazam yang langsung bergegas meninggalkannya. “nazaaam…!!! Seruan main air di pantai dari pada berangkat ke sekolah tau…” bujuknya sambil memonyongkan kedua bibirnya. Nazam tak menyahut omongnnya sama sekali dia tetap acuh dan melanjutkan niatnya. Setiap hari ajakan tersebut sering didengarnya dan tolakan selalu dilontarkannya dengan tuturan yang sopan, orangtuanya mengajarkannya dengan norma dan nilai yang baik serta menyarankannya untuk semangat mencari ilmu. Karena didikan didikan orangtuanya kenaikan kelas 3 sd nazam meraih peringkat pertama hatinya begitu bahagia. Di perjalanan pulang dari sekolah menuju rumah dia mendendangkan lagu “kasih abah dan umi kepada beta Tak terhingga sepanjang masa Hannya member tak harap kembali… Bagai sang surya menyinari dunia…” Sanpai di rumah dia langsung memeluk orangtuanya yang sedang membungkus tempe dagangannya “abah… Umiii nazam dapat peringkat satu.” soraknya gembira. Abahnya hanya terdiam. Berbeda dengan uminya yang langsung menerima sodoran raportnya “hemz… Bagus.” puji umi bahagia melihat sang buah hatinya bahagia karena prestasinya. Dengan senyuman umi yang merekah bahagia, kini membuat nazam bangga akan dirinya yang bisa membuat uminya bahagia. Nazam meraih kembali raport miliknya dan menyerahkannya kepada abahnya. Kemudian abah menmerimanya “abah ntar tanda tangan…!!!” pintanya sesuai dengan ucapan sang guru. Abah melihat nilai anaknya satu persatu. Rata-rata nilai tersebut kebanyakan 7. Membuatnya mengangkat kedua alisnya. “nilainya kurang memuaskan, abah gak mau tanda tangan” tolakan abahnya saat ini membuat kebahagiaannya hilang menjadi kesedihan, ingin rasanya nazam menangis akan penolakan abahnya. “tapi bah…!!! Nazam kan dapat peringkjat pertama.” bantah nazam berusaha membujuk. “nazam… Lihat raport mu nak. Seandainya teman-teman mu memanfaatkan waktunya dengan baik, pasti teman-teman mu bisa mendapatkan nilai-nilai yang ada di raport mu. Bah gak mau tanda tangan sebelum kamu mendapatkan rata-rata nilai 9” Itulah alasan abahnya yang selalu menginginkan anaknya untuk haus akan ilmu, untuk gigih akan mencari ilmu. Nazam mendengarkan semua kata-klata ayahnya dan meresapnya ke dalam hati. “abah gak pernah bersyukur” kesal nazam sembari berlari menuju kamarnya. Di pagi hari nazam sudah berada di pantai sembari duduk di atas butiran-butiran pasir, tangannya memegang potongan kayu kecil dan menggoreskannya di pasir sesuai dangan isi hati dan perasaannya yang kesal terhadap abah tercintanya. “Abah jahat…” tulisan yang masih dalam proses belajar itu terhapus oleh ombak air yang mengenainya. Sekitar jam dia bergegas untuk kembali ke rumahnya. Sembari mengingat kata-kata ayahnya. Dan hatinya yang masih kesal setiba di rumah nazam mencari uminya. “umiii…” panggil nazam uminya. Umi menoleh sembari menebarkan senyum tulusnya. “umi… Umi aja ya yang nanda tanganin raportnya nazam” ucap nazam menampakan kesedihannya. “iya nazam umi sudah tanda tangan, nazam yang rajin yah…!!!” Setiap kenaikan kelas nazam selalu meraih peringkat pertama. Dia tak mau lagi minta tanda tangan abahnya, cukup ibulah yang menggantikannya. Nazam takut karena nilainya masih ada yang dibawah 9 walaupun hanya tiga mata pelajaran saja. Akhir sekolah sdnya, dia teramat bahagia karena nilai raportnya kini berangka 9 walaupun ada satu mata pelajaran yang berangka 8, mata pelajaran matematika. Yang dianggapnya masih terlalu susah untuk menangkapnya dan menyimpannya. abah mau gak yah… Tanda tangan di raport terakhirku…?’ Pikirnya dalam hati. “akh nazam… Abah gak mau tanda tangan sebelum nilai mu 9 semua.” nazam teringat kata-kata abahnya Itulah nazam, semua tolakan abahnya tak membuatanya pupus harapan .Malah kata-kata abahnya kini dia anggap sebagai motivasi terbesar. — “Abah nazam mau mondok…” pinta nazam di tengah-tengah makan malamnya yang membuat abahnya tersendak. “hem… Bagus tuh… Tapi gak sekarang ya zam, soalnya abah belum ngumpulin uang” tolak abahnya yang menampakan kesedihan “gak papa bah… Nazam sekolah di smpn 1 indramayu dulu.” ucap nazam sembari berusaha menghilangkan kesedihan ayahnya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun kini nazam menduduki kelas sembilan. Prestasi-prestasinya kini terdengar di lingkungan rumahnya yang membuat semuanya tak percaya Nazam duduk di kelas sembilan A karna prestasinya yang baik, dia berkumpul dengan teman-teman yang statusnya bisa dianggap sebagai lawan bersaing untuk meraih gelar pelajar terbaik Nazam kini bisa meraih nilai yang abahnya pinta, namun ada segurat kesedihan di hatinya. “mengapa ketika nilai yang abahnya pinta namun mendapatkan peringkat kedua parallel” tanyanya dalam hati Namun abahnya berkata “masa anak abah yang keren ini kalah dengan perempuan” respon abah yang membuatnya maju “abah dia itu pandai” belaku “nak… Nazam anak ku, abah ingin kamu itu semangat mencari ilmu, hilangkanlah kemalasan yang ada di dirimu, kemalasan itu perbuatan setan. Kamu tau… Kenapa abah selalu memolak tanda tangan… karena abah itu ingin anaknya selalu merasa haus akan ilmu. Dan abah itu ingin kamu selalu belajar dan belajar walaupun kamu sudah merasa bisa. Nak… Jangan pernah menyombongkan prestasi yang telah kamu raih, karena semua itu bersifat semu.” nasehat abah yang dia catat di buku perjalannya. Di lingkungan sekolah dia teramat dibanggakan oleh guru-guru bahkan semua murid “nazam, lihat tuh lawan mu itu kayanya sih memendam rasa, cie… Cie… Bentar lagi lawan akan berganti menjadi apanya…?” Canda temannya sembari menyenggol siku tanganku. “ea… ea…” balasku singkat. Dalam rapat osis smpn 1 indramayu yang diketuai oleh nazam. Nazam mengadakan kumpulan di kelasnya yang akan membahas sesuatu, nazam mulai berbicara. “assalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh Teman-temanku kali ini kita akan membicarakan salah satu dari teman kita yang lagi menyukai salah satu dari teman kita yang lagi menyukai seorang gadis yang berprestasi. Kemungkinan sebaliknya juga. Mungkin di antara mereka saling memendam” ucap nazam memandang ke semua temannya “mau tau seseorangnya gak…?” Seru nazam ke temannya “mauuuu…” sahut temannya “oke. Seseorang itu adalah aku” semua orang menyoraki. Suasana menjadi ramai “dan seseorang yang ku cintai itu ada disini. Seandainya seseorang itu benar-benar mencintaiku. Dalam hitungan ketiga dia berdiri di depanku” Nazam mulai mernghitung dalam hitungan kedua sesorang itu sudah berada di hadapanya. Kini sorakan itu semakin ramai. Dea gadis yang berkerudung, baik hati dan pendiam itu kini berdiri di depan lawan saingan belajarnya itu. Lawan kini berganti menjadi 2 hati yang disatukan dalam ikatan cinta. Nadya mencium tangan nazam sembari tersenyum. Ujian telah usai nazam tetap kalah dengan dea, mungkin semangat nazam untuk belajar kurang dan hubungan mereka tetap baik. Nazam yang takut dengan peraturan agama dia tak pernah bergandengan tangan, jalan berdua. Malam mingguan bersama. Dia hanya berstatus pacaran sebagai motivasi dan mempererat tali persaudaraan atau tafahum. “dea… besok aku mau berangkat ke pondok, kemungkinan disana selama 4 tahun, karena aku memilih jurusan keagamaan. Sok monggo jika kamu mau menunggu” pesan singkat nazam yang dikirimkan untuk dea “hati hati di jalan yah kak…” Ketika raport dia berikan ke abahnya, abahnya tersenyum. Dan kabar bahwa anaknya nazam kini meraih peringkat dua parallel kini terdengar kesana kemari. Tetangganya “hati hati di jalan yah kak… Semoga sukses selalu… Doa dea selalu untuk kakak… Dengan sepenuh hati, dea selalu menunggu kakak… Dea selalu merindukan kakak… Jangan pernah lupakan dea…” itulah jawaban dea yang dikirimkan melalui selulernya. 4 tahun kemudian Gerimis hujan membasahi pondoknya, allah lah yang mengatur segalanya, takdir semua kehidupan kita telah dicatat di lauful mahfud termasuk cuaca di pagi hari ini, gerimis itu tak sekedar jatuh di area pondoknya melainkan semua keluarganya. “hari jum’at jam ini abah tercintanya menghembuskan nafas terakhirnya” betapa terpuruknya nazam ketika dia mendengarkan berita kepergian ayahnya, secepat kilat semuanya terasa gelap, harapan dan impiannya kini melayang bersama hembusan angin, air mata terus mengalir membasahi pipinya bersamaan dengan seiring jatuhnya air hujan. Mungkin malaikat dan langit ikut sedih melihat air mata kesedihan mereka yang terus menerus menetes membasahi bumi. “abah… Maafkan nazam yang belum bisa membahagiakan abah” ucapnya di tengah isak tangisnya. Memory bersama ayahnya kini silih berganti terbayang di benaknya “nazam anak ku belajarlah yang rajin semangatlah mencari ilmu, hilangkanlah kemalasan dan kebodohanmu, karena semua itu sifat setan” itu lah pesan terakhir abahnya yang selalu tergiang di telinga. “abah kenapa abah ninggalin kami, bagaimana dengan adik-adikku.” Semenjak kepergian orang yang selalu membuatnya haus akan ilmu. Semangat yang tinggi, kini membuat nazam sering berdiam diri di kamarnya. Senyum manisnya kini menghilang, berbagai pertannyaan yang dilontarkan temannya dia acuhkan. “zam… Kamu mau lanjut kemana?” tanya aldi teman dekatnya “lihat tuh semua temanmu pada sibuk daftar sana sini. Katanya kamu ingin ikut beasiswa kuliah di al azhar kairo. Ingat zam.. Semua itu bisa kalau ada perjuangan. Jangan sia-siakan kesempatan ini, kun yakin kamu bisa!!” ceramah aldi yang membuat kesedihannya kembali, iya… al makasih.” ucap nazam singkat. Kini air mata mengalir di pipinya lagi, dia mencoba membayang masa depannya terutama kelima adiknya. “apakah aku harus berhenti ampai di aliyah..?, aku adalah harapan pertama ibuku untuk kelima adikku. Ya allah… Hamba menerima semua yang akan terjadi pada hamba”. Nazam mencoba menegarkan dirinya. Lulus mak dia daftar di universitas mahad’aly di pondoknya, setelah wisuda dia berniat untuk pulang ke rumahnya karena dia tau pasti kelima adiknya sedang menunggunya. Pasti mereka mengharapkan dia bekerja oleh karena itu dia ingin minta izin ke pengasuhnya untuk boyong dengan alasan bekerja. Dengan tuturan yang lembut pengasuhnya berkata “nazam bukannya bekerja disini juga bisa. Ngurusin anak-anak dan ngajar ngulang Pengajian fikih, alquran, ilmu alat” tutur beliau Nazam kini berdiam. “ingat nazam, itu semua pekerjaan mulia, yang selalu mengalir pahalanya sampai mati besok” nasehat beliau. “tapi bah… Bagaimana dengan kelima adikku, pasti mereka sudah mengaharapkan ku bah…!!” “nazam, rizqi selalu allah limpahkan untuk hambanya yang sholeh seperti mu dan keluargamu nak.” Semenjak berbincangan singkat itu kini nazam menerima tawaran abah pengasuhnya untuk bekerja di aliyah sekolahnya dulu. Pendidikan kini masih ia genggam walaupun nazam jarang tersenyum, namun semangatnya untuk mencari ilmu dan mengamalkannya luar biasa, waktunya selalu diisi dengan kegiatan yang bermamfaat ditambah lagi dia menjadi pengurus bagian inti di pondoknya yang membuatnya menjadi orang tersibuk di lingkungannya. Panggilan akhi itu panggilan khusus untuknya, panggilan dari anak didiknya yang paling siper zuper rewel plez bawel alias class axis yang banyak lelucon. Canda gurau dari personal axis lontarkan ketika akhi nazam mengampu pelajaran bahasa arab di tengah pelajaran melihat personal kelas axis yang anak-anaknya lagi gak mood, akhi nazam menceritakan sebuah kisahnya dari kecil hingga beliau dewasa dan di akhir ceritanya beliau menyimpulkan kisahnya “abah itu ingin akhi haus akan ilmu, gak pernah bosan untuk mencarinya, makanya abahnya akhi gak mau nanda tanganin raportnya akhi, walaupun akhi peringkat satu, dan abahnya akhi itu ingin anaknya berhasil dengan cara bertahap dari bawah ke atas, bukan dari peringkat pertama terus ke bawah” ucap beliau memotivasikan kami “dan buat kalian jangan pernah bosan akan ilmu, kalian sekarang masih merasa bosan gak?” Tanya akhi kepada kami “gak akhi…” ucap kami serempak. “kemungkinan kalian lulus akhi masih ada disini, melihat kepergiannya kalian seraya melambaikan tangan dan berkata bye… Good bye” ucap akhi nazam sembari memperagakan, membuat hati kami sedih karena terharu. Semangat yang begitu luar biasa yang ada pada dirinya membuat kami menjadi ingin sepertinya. Bel berbunyi cerita cukup sampai disini… Cerpen Karangan InayALmahdi Facebook inay an-nayasshi Cerpen Sekilas Kisah Sang Guru merupakan cerita pendek karangan InayALmahdi, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Hati Hatilah Terhadap Kesenangan Oleh Dini Aghniya Ghassani Di sebuah kerajaan ada desa kecil. Di desa itu lahirlah seorang anak perempuan yang bernama Pika. Dia sangat lucu sekali, sampai semua orang desa kagum padanya. Pika lahir dari Wanita Berkerudung Nasionalis Part 2 Oleh Wardatul Jannah Angin malam membelah keheningan di bawah siraman cahaya rembulan, semilir menikmati keanggunan yang tersuguhkan, benda-benda yang diam membisu seakan tersihir oleh keagungan Tuhan yang menciptakan purnama mengambang, seakan berisyarat Sucsess With Sister Oleh Lia Ananta “Aduh.. gimana sih caranya agar lancar bacaan qur’anku? Susah amat! Kapan bisanya aku membaca dengan lancar?” “Yang sabar Ina..” Ucap Una, kembarannya yang ia sedang menyimak bacaan qur’annya. “Lah, Ruang Yang Berbeda Oleh Maryam Mumtaazah Semburat matahari yang terasa hangat masuk ke ruangan yang gelap itu lewat celah jendela. Andini yang sedari tadi melakukan rutinitas paginya menyadari bahwa waktu telah menunjukkan pukul enam pagi. Di Akhir Cerita Oleh Serfifah Apriani Hari itu adalah hari pertama mereka bertemu, mereka bernama Zidan dan Faruq. Zidan merupakan seorang mahasiswa dari Universitas ternama dan bergengsi di kota tempat tinggalnya, sedangkan Faruq merupakan seseorang “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
GuruPahlawan Tanpa Tanda Jasa Di Masa Pandemi Covid-19, 5 Oktober adalah Hari Guru Internasional dan kami ingin bergabung dengan dunia Sementara banyak cerita tentang guru yang berhasil dan secara inovatif mengintegrasikan teknologi dan menerima peran baru mereka, mungkin juga ada lebih banyak guru yang masih berjuang dengan masalah akses
Ilustrasi contoh puisi pendek tentang guru, sumber foto Adam Winger on Unsplash8 Contoh Puisi Pendek Tentang GuruIlustrasi contoh puisi pendek tentang guru, sumber foto Taylor Wilcox on UnsplashPena sang guruKarya MesdianaPena gurukuTak pernah bosan menari-nari di dirikuMenuliskan banyak warna di jiwakuCoretan lembut, hangat menyentuh kalbukuPena guruku hebatKarena penanya aku tak telatTugas-tugasku tak lambatWalau panas matahari menyengat hingga hujan lebatPena guruku sangat mengagumkanAku pun terbuai anganDunia akan kuguncangkanMenuju sebuah pencapaianKuingin penaku seperti miliknyaMenggoreskan, melukiskan dan mewarnai anak bangsaHasil penamu kan kujunjung penuh maknaKaulah Sang penaku yang berjuang sepenuh AliEngkau selalu sabar dalam menghadapi kuEngkau selalu tabah memberikan ilmuOh guru kuEngkau selalu sayang kepada kuMeski aku membuatmu marahOh guru kuEngkau memilih ku atau membimbing ku dijalan yang lurusEngkau membuat ku sukses hingga saat Amelia PrishantyKau adalah sumber ilmu kuKaulah pembimbingkuKaulah yang mendidikkuDengan sabar dan tulusGurukuSungguh besar jasamuKau yang tak pernah bosanDalam mengajar dan membimbingkuEngkau pahlawan tanpa tanda jasaGurukuTerima kasihAtas segala jasa-jasaDan engkau Kasih GurukuEngkau bagaikan cahayaYang menerangi jiwaDari segala gelap duniaEngkau adalah setetes embunYang menyejukkan hatiHati yang ditikam oleh kebodohanSungguh mulia tugasmu guruTugas yang sangat besarGuru engkai adalah pahlawankuYang tidak mengharapkan balasanSegala yang engkau lakukanEngkau lakukan dengan ikhlasGuru jasamu takkan ku lupaGuru ingin ku ucapkanTerima kasih atas semua Guruku TersayangIbu guruKau yang telah mendidikkuKau yang telah menasehatikudalam keadaan yang bingungIbu guruEngkau adalah pahlawankuEngkau bagaikan penyelamatkuEngkau tulus mengajarikuIbu guruTerima kasih atas semua jasamuAku sayang padamuSeperti kau PelitakuKarya Rizki AlysaGuruku pelitakuDi hidupku yang gelap gulitaKau pancarkan seribu cahayaKau bagi-bagikan ilmu pada kamiKarenamu kami bisa menulis dan membacaKarenamu kami jadi tau beraneka macam ilmuGuruKau adalah pelitaPenerang dalam gulitaJasamu tiada taraJika ku bisa kan ku petik bintangSebagai tanda terima kasih darikuUntukmu wahai gurukuKaulah pelita dalam SyafniGuru adalah pahlawankuGuru mengajarikuGuru mendidikkuGurukuAku selalu membanggakanmuAku selalu mengingatmuGurukuTerima kasih atas kasihmuKarena kasih sayangmuMembawaku ke tempatyang lebih TersayangKarya Asty KusumadewiGuruItulah julukanmuKau pembimbingkuKaulah pengajarkuHatimu sungguh muliaKaulah orang tua kedua dalam hidupkuSetiap waktu dan setiap saatEngkau selalu menjadi insan yang berhargaBekalku adalah ilmu yang kau ajarkanTerimakasih guruku tersayangKarena engkaulah menjadi pintarPahlawan pendidikan IndonesiaSalah satu patriot bangsa. Berbicaratentang profesi guru sepertinya tidak ada habisnya, karena profesi yang sudah berusia ratusan tahun ini rasanya tidak lekang oleh waktu. Beberapa ungkapan untuk guru pun bermunculan, salah satunya adalah 'Guru Tanpa Tanda Jasa'. Ungkapan ini cukup terkenal di kalangan masyarakat pada umumnya dan di kalangan para pendidik. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Aku dari kecil mempunyai cita-cita mempunyai profesi mulia yakni "GURU".Saat aku duduk dibangku sekolah selalu mempunyai penilaiam seorang guru adalah sosok termulia di dunia. Menjadi tauladan bagiku berseragam rapi bertutur kata lembut,penuh kasih sayang terhadap semua orang Guru favoritku saat di bangku SD seorang ibu guru yang cantik ramah bernama" ibu ratih ".Hari berganti bulan berganti tahun diriku sudah lulus SMA saat menerima ijazah kelulusan SMA mama dan papa bertanya padaku"Kamu mau masuk kuliah ke mana?" Tanpa panjang lebar aku menjawab pertanyaan mama dan papa, "Aku mau masuk kuliah ke universitas pendidikan biar aku bisa menjadi GURU ma pa". Mama dan papaku bahagia dan bangga aku memilih universitas pendidikan. Mereka memelukku dengan erat penuh harapan diriku pasti menjadi bergegas menyuruhku memilih universitas pendidikan terbaik. 1 2 3 4 Lihat Cerpen Selengkapnya Makanya sangatlah pantas seseorang yang berprofesi sebagai guru disebut seorang “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, jasanya tidak terbilang dan sampai hari belum ada kita mendengar seorang guru disematkan tanda jasa sebagai pahlawan guru. Hari ini dan tanggal 25 November yang dikenal dengan Hari Guru bertemakan “Bergerak dengan hati pulihkan

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Terlupakan Cerita seorang anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya semasa pun tak mau menampung dia. Ia hidup sebatang kara,sendiri tanpa arah dan tujuan yang ia hanya bekerja sebagai pengamen jalanan untuk membeli makanan dan minuman. Di suatu hari ia bertemu dengan seorang guru di jalan,guru itu pun merasa kasihan ,ia berbincang dengan guru itu berpuluh-puluh menit bercerita tentang kehidupannya setelah ditinggal oleh kedua orang itu pun mengajak jaka tinggal karena Bu Wara meski menikah tak punya anak ia mengangkat jaka sebagai anak angkatnya Jaka di sekolahkan di sekolah dimana Bu Wara mengajar .jaka merupakan anak yang baik dan cerdas mungkin itu memang kelebihan yang ia miliki dari pada anak yang menyelesaikan tingkat SD .Bu Wara masih sanggup membiayainya masuk tingkat menengah atas atau SMP .Jaka pun mendapatkan peringkat pertama di sekolahannya dan dapat masuk ke Sma yang ia inginkan dengan beasiswa,sehingga Bu Wara hanya perlu memenuhi kebutuhan sehari-harinya pun mendapatkan Beasiswa di Universitas di Luar kota sehingga terpaksa berpisah dengan Bu Wara. Setelah beberapa tahun kemudian melanjutkan kuliah dan berhasil diselesaikan, ia pun berhak menyandang titel. Sudah sekian tahun mereka tidak bertemu, umur Bu sudah semakin tua ,bahkan dia memasuki masa Jaka menikah dengan gadis di desa sebelah dari desa bu Wara,ia sangat terkejut,apalagi jaka dan isterinya tinggal di sebelah desa Bu Wara .Tak ppikir panjang Bu Wara pun langsung menuju rumah disana ia menunggu anak angkatnya diteras anak itu pulang kerumahnya ,Bu Wara menyapa dengan ucapan “selamat sore pak”jaka pun tak menjawab dan mengacuhkannya dengan berbicara dengan itu tetap menunggu sampai jaka keluar dari rumahnya,saat akan mengantarkan teman-temannya di depan rumahnya ia melihat Bu Wara itu lagi,sebenarnya ia sadar bahwa itu ibu angkatnya,saat ibu itu berkata bahwa kau adalah anak angkatku masihkah kau ingat denganku nak,didepan teman-teman kerjanya,tak piker panjang Jaka pun mengusir Ibu wara dari rumahnya karena malu dengan teman wara pun tak menyangka bahwa anak yang ia didik selama ini melupakannya. Sebutan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa', mungkin sekarang hanya menjadi sebuah kalimat yang tak ada nilainya. Betapa tidak? Para pahlawan ini memang tak pernah diingat oleh siapapun dan kapanpun. Meski sejatinya ia bermakna dalam kehidupan manusia, terutama di kalangan profesi guru. Kalimat tadi mengandung arti yang luas dan sangat mengena ketika seorang anak kecil mengenang kembali kilas balik kehidupan semasa kecilnya. Terutama ketika baru mau belajar di tingkat Sekolah Dasar. Pengalaman semasa kecil selalu menjadi kenangan yang tak dilupakan di masa dewasa. Mana-mana sekalipun orang pejabat pasti akan terdengar kisah mereka akan kenangan di masa kecil. Diceritakan baik kepada anak-anaknya, teman-teman kantor atau sesama mereka yang lain. Pengalaman dan kenangan masa lalu sering juga menjadi lelucon bagi yang mendengarkannya. Walaupun cerita lelucon adalah kilas balik mengenang kembali masa kecilnya. Cerita seorang pejabat, suatu ketika ayah dan ibunya meninggal semasa dirinya berumur lima 5 tahun. Kala itu di kampung tersebut sekolahnya baru dibuka. Si kecil ini dibenci masyarakat sekitarnya. Hidupnya mengandalkan perhatian teman-temannya. Kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan pisang bakar. Dia pun tinggal di rumah peninggalan kedua orang tuanya yang dibangun sejak mereka berumah tangga. Tak ada pembinaan. Wajar karena tak ada yang memperhatikan dia. Ketika itu seorang guru yang bertugas di kampungnya mengajak si bocah ini untuk tinggal di rumahnya. Sejak menjadi anak angkat, di sekolahnya di mana dia mengajarnya, tentunya di kampung asalnya. Anak itu makin dewasa. Berbagai pengalaman pahit menjadi guru baginya. Pendidikan tidak ketinggalan. Suatu ketika menyelesaikan tingkat SD. Tentunya dia harus pergi meninggalkan SD dan beranjak masuk di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni SMP. Perhatian guru yang sebagai orang/tua wali murid itu pun tidak luput. Umur bertambah, pengalaman pun pasti segudang. Di kala itu perkembangan dan kemajuan belum seperti sekarang ini. Usai menamatkan SMP, pasti dia melanjutkan pendidikan lebih ke atas, tentunya di SMA. Atas perhatian dan dorongan orang tua angkat, anak tadi menyelesaikan studinya. Pada tahun yang sama dia diterima sebagai seorang pegawai. Setelah beberapa tahun kemudian melanjutkan kuliah dan berhasil diselesaikan dengan status tugas belajar. Dia pun berhak menyandang titel. Sudah sekian tahun mereka tidak bertemu, umur orang tua angkat sudah semakin tua. Bahkan dia memasuki masa pensiun. Pada suatu hari sepulang kerja. Tentu dari kantor. Di rumahnya ada orang tua yang bongkok, pakaiannya compang-camping. Nenek itu duduk di teras menantikan anak angkat itu pulang kantor. Sepulang dari kantor, pejabat itu melihat dari pintu masuk, seorang nenek sedang duduk menanti di teras depan rumah. Nenek itu memandang ke pintu pagar masuk. "Selamat datang bapak," sapa nenek itu. Dia tak menyahut satu katapun. Salaman juga tidak, langsung buka pintu dan masuk ke rumah menuju kamarnya. Nenek itu tak menyanggah kalau anak piaranya memperlakukan sikap seperti itu. Nenek menduga mungkin karena kecapean. "Anak, saya mama yang dulu tinggal denganmu di rumahku, saya ibu guru," kata nenek itu seraya memperkenalkan. Tapi kasihan bapak itu langsung mengusir nenek itu dan nenek itu pulang meninggalkan rumah itu. Cerita ini diangkat sebagai sebuah ilustrasi untuk menyikapi aksi para "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" hari Rabu kemarin di Kantor DPRD Nabire. Dalam aksinya, para guru menuntut hak-hak mereka yang diabaikan selama karena kepentingan tertentu. Apapun alasannya, menjadi guru adalah tugas mulia. Guru juga bentuk panggilan hidup yang tak sama dengan tugas lain. Mereka bertahan selama 6 jam di sekolah. Sambil mengabaikan kepentingan keluarganya. Mereka bertahan lapar dan haus. Sangat menyedihkan para guru-guru yang bertugas di pelataran hutan dan di pinggiran pantai. Hanya mengandalkan bara api menemani mereka di sepanjang menyandang profesi sebagai guru. Mungkin inilah nasib mereka. Guru-guru dipermainkan oleh anak-anak, oleh mantan murid-muridnya. Ditendang ke sana kemari bagaikan sebundar bola di tengah lapang hijau. Meski disimak, siapa pemimpin dan siapa dibalik pemimpin? Apa pembangunan dan siapa dibalik pembangunan? Apa pemerintahan dan siapa dibalik pemerintahan? Apa kesehatan dan siapa dibalik kesehatan? Apa ekonomi dan siapa dibalik ekonomi? Siapa pejabat dan ada siapa yang mendasari dari semua aspek pembangunan?? Sangat terharu ketika setiap orang menyaksikan aksi protes yang dilangsungkan para guru dua hari lalu.. Mereka berjalan kaki melintasi kota Nabire menuju kantor wakil rakyat. Mereka datang hanya untuk menyampaikan dan memprotes sebab musabab terjadi penyelewengan sejumlah sumber dana yang diperuntukan bagi mereka dan anak-anak didik mereka. "Kami datang untuk mempertanyakan hak-hak yang selama ini tidak sampai pada tangan kami dan anak-anak didik kami," kata seorang ibu guru. Ya, semoga dambaan para guru ini terwujud, agar mereka kembali menjalankan tugas mulianya, mengajar dan mendidik generasi penerus negeri ini.

Guruadalah pahlawan tanpa tanda jasa. Dia digugu karena semangat kepahlawanannya. Dia ditiru karena kejujuran. Orang yang paling jujur di dunia ini, adalah guru, karena seorang guru, tidak pernah mengajarkan sesuatu yang salah kepada muridnya. Ia selalu mengatakan yang benar. Ia selalu mengabdi demi sesuatu yang benar. Semuanya tentang
Perhatikan kutipan teks cerita pendek berikut! “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Ungkapan itu memang sering diujarkan, apalagi saat peringatan Hari Guru. Bahkan, kalimat tersebut masuk ke dalam satu lirik lagu nasional. Nyatanya, seorang guru memang memberi andil besar dalam dunia pendidikan. Guru merupakan landasan awal seseorang menerima ilmu yang belum ia tahu. Itu juga yang menjadi alasanku untuk menjadi seorang guru. Aku yang sejak kecil bercita-cita menjadi koki, beralih cita-cita menjadi guru saat mengenyam pendidikan sekolah menengah atas. Ternyata, menjadi guru di zaman sekarang tidak semudah itu. “Selamat Pagi, Bu Astrid!” sapa salah muridku. “Iya, Selamat Pagi Andra!” Itu hanya salah satu contoh baiknya saja. Sapaan itu hanya diucapkan dari sebagian kecil muridku. Selebihnya, acuh tak acuh ketika melewatiku, pun dengan guru-guru lain seperti tidak melihat kami. Belum lagi sikap mereka yang tidak memperhatikan guru saat mengajar. Ada yang makan, berbincang tentang lawan jenisnya, sibuk menggambar, dan ada pula yang berkutat dengan imajinasinya. Hal yang tidak mereka tahu, bahwa guru tak pernah memberi ruang untuk otaknya beristirahat. Sepulang mengajar, kami para guru menyiapkan materi untuk keesokan harinya, memasukkan daftar nilai anak-anak, dan mengatur strategi setelah mengajar agar anak-anak dapat menyambut pembelajaran dengan menyenangkan. Suntingan mengenai keterangan waktu yang tepat untuk kutipan teks cerita pendek di atas adalah ...
Guruadalah sosok tanpa tanda jasa, katanya. Sebab, hampir-hampir tiada profesi yang bisa terlahir tanpa peranan seorang guru. Apapun tingkat atau strata pendidikan kita—dari PAUD hingga S3; semua sangat membutuhkan seseorang yang mengabdikan dirinya di bidang pendidikan terlepas dari apapun sebutannya; guru, pembimbing, ustadzah, dosen Oleh Adisan Jaya Ia tak ubahnya mentari di tengah awan mendung. Memaksakan sinarnya tetap terpancar, meski setitik ia merasa itu lebih berarti dari pada tidak sama sekali. Energi yang ia hantar adalah rekreasi para malaikat yang nampak oleh titisan Tuhan di bumi, ya warga di sini menganggap dia sebagai malaikat memang. Bagaimana tidak, ia datang jauh-jauh dari Jakarta untuk mencerdaskan anak-anak di kampung Bajo Pulau ini, yang belum pernah merasakan kehadiran seorang guru, kira-kira sudah setahun lamannya. Ya, belum pernah ada guru yang bisa mengajar lebih dari satu bulan di kampung ku ini. Mungkin karena tidak tahan dengan ketiadaan listrik dan tempat yang sangat terpencil, untuk Baca lebih lanjut → m9SG5u.
  • 99rkqkunkm.pages.dev/340
  • 99rkqkunkm.pages.dev/267
  • 99rkqkunkm.pages.dev/253
  • 99rkqkunkm.pages.dev/88
  • 99rkqkunkm.pages.dev/28
  • 99rkqkunkm.pages.dev/103
  • 99rkqkunkm.pages.dev/193
  • 99rkqkunkm.pages.dev/487
  • cerpen tentang guru tanpa tanda jasa