Begini gambar rumah adat Jawa Timur yang punya keunikan arsitektur! Ada beragam rumah adat Jawa Timur lain selain Joglo. Ya, mungkin yang kita tahu rumah adat Jawa Timur adalah Joglo. Ternyata selain Joglo, Jawa Timur memiliki rumah adat lainnya dengan keunikan masing-masing. Meski sekilas terlihat mirip dengan rumah adat di Jawa Tengah, tapi sebenarnya mereka sangat berbeda. Meski berlokasi di pulau Jawa, perbedaan rumah adat Jawa Timur dengan provinsi lainnya itu sangat ada. Kenal lebih jauh kebudayaan nusantara akan membuat kita semakin mengerti kalau negara ini begitu uniknya. 6 Rumah Adat Jawa Timur Berserta Fungsinya1. Rumah Adat Osing, Jawa timur2. Rumah Adat Jawa Timur Suku Tengger3. Rumah Adat Jawa Timur, Dhurung4. Rumah Joglo Jompongan dan Joglo Sinom 5. Rumah adat Limasan Lambang Sari6. Rumah Adat Limas Trajumas Lawakan 6 Rumah Adat Jawa Timur Berserta Fungsinya Mengenal kekayaan budaya nusantara rasanya kurang lengkap kalau belum tahu umah adat Jawa Timur selain Joglo. Kamu tahu ada apa saja? Seiring berkembangnya zaman, ada banyak pengaruh budaya dari daerah sekitar yang memengaruhi budaya di Jawa Timur. Termasuk bentuk rumah adat yang memiliki beragam nama dan jenis. Yuk, cari tahu lengkapnya dari ulasan di bawah ini. 1. Rumah Adat Osing, Jawa timur Source Indonesia Travel Masyarakat paling timur di Pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan Selat Bali, yaitu Banyuwangi, menyebut rumah adat ini sebagai Osing. Pasalnya rumah adat ini merupakan bangunan khas yang ditinggali Suku Osing di Banyuwangi. Bahkan rumah tradisional ini telah diatur dalam Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Arsitektur Osing untuk menjaga kelestariannya. Wah, berarti ini menjadi kekayaan budaya kita banget ya kalau sampai diatur seperti itu. Peraturan tersebut menjelaskan tipologi bangunan Osing berdasarkan atapnya yaitu tikel, cecorogan dan baresan. Kemudian jenis atap ini yang membuat terbaginya jenis Rumah Adat Osing itu sendiri, yakni, Tikel Balung, Baresan, serta Crocogan. Hal ini dibedakan berdasarkan jumlah atap atau rab berikut. Tikel Balung sebanyak 4 rabBaresan sebanyak 4 rabCrocogan sebanyak 2 rab Untuk struktur bangunan rumah tradisional ini terdiri dari soko atau tiang utama, tonggo tepas, ander, penglari, lambang, jait dhowo, jait cendhek dan ubeg. Ciri khasnya adalah rangka kayu yang terbuat dari kayu mangrove seperti kayu bendo, kayu mangir, kayu putat, atau kayu tanjang. Sementara genteng tanah liat yang digunakan lebih lebar dari genteng umumnya yang disebut genteng plembang. Penutup lantai pun menggunakan batu bata yang disusun tanpa semen dan disebut sebagai patelah. Nah, untuk pembagian ruangan di rumah adat Osing ini ada berikut. Hek/baleh pembatasAmpet terasJerumah ruang tengahPawon dapur 2. Rumah Adat Jawa Timur Suku Tengger Source Verdant Sesuai dengan namanya, rumah adat ini datang dari Suku Tengger. Dulu Suku Tengger membangun rumah adat mereka di lereng Gunung Bromo. Berada di lereng pegunungan, rumah adat Suku Tengger ini menggunakan material kayu yang didapat dari hutan di sekitarnya. Suku Tengger membangun rumah adat mereka dengan atap yang bertumpuk, meninggi, dan meruncing. Sedangkan di bagian depan rumah memiliki teras dengan tempat duduk yang disebut bale-bale. Kemudian rumah adat Jawa Timur ini memiliki empat tiang utama yang disebut cagak guru. Uniknya lagi, masyarakat Suku Tengger biasanya membangun rumah ini secara berdekatan. Itu yang menjadi ciri khas rumah adat Jawa Timur, Suku Tengger ini. Polanya dibangun secara nggak teratur dan disusun secara gerombolan alias berdekatan satu sama lain. Bagi mereka dengan pola ini, angin nggak lagi menerjang rumah dengan bebas karena terhalang dengan rumah-rumah lainnya. Ini menunjukkan Suku Tengger memiliki solidaritas untuk saling melindungi satu sama lain. BACA JUGA Mengenal 9 Nama dan Gambar Rumah Adat Jawa Tengah, Nggak Hanya Joglo! 3. Rumah Adat Jawa Timur, Dhurung Source Rumah adat Dhurung berbeda dengan kedua rumah adat Jawa Timur sebelumnya. Rumah adat ini memiliki fondasi yang terbentuk dari gubuk. Bagian atapnya terbuat dari rumbai daun pohan atau dheun. Dhurung sendiri diambil dari istilah bangunan berupa balai kecil yang sering dibangun di depan rumah. Untuk ukurannya sendiri akan berbeda-beda tergantung pemiliknya. Masyarakat Suku Dhurung menggunakan tempat ini bukan sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai tempat bersosialisasi, bersantai, maupun beristirahat sepulang dari ladang. Biasanya bangunan ini terletak di samping atau depan rumah. Jika pemilik rumah adat tersebut membuat bangunan cukup besar, yang digunakan untuk lumbung padi. Uniknya, rumah ini memiliki ukiran yang indah pada bangunannya. Bangunan ini juga memiliki jebakan tikus atau jhelepang yang seringkali menggangu tanaman padi warga. Jika kamu ingin melihat langsung rumah adat Dhurung bisa datang ke Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak, hingga Kabupaten Gresik. 4. Rumah Joglo Jompongan dan Joglo Sinom Source Kita sudah familier banget dengan rumah adat Joglo yang juga ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Joglo memiliki tiang utama dan saka guru. Bangunan Joglo biasanya dibuat dari kayu jati yang terkenal kuat. Bagian dalam rumah adat Jawa Timur ini memiliki sebutan sentong, seperti senthong kiwa, senthong tengen, dan senthong tengah. Sedangkan bagian luarnya dikelilingi teras dengan fondasi lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Ada berbagai jenis bangunan Joglo, yaitu Joglo Jompongan dan Joglo Sinom. Perbedaannya terdapat pada gaya tradisional dan modern. Joglo Jompongan adalah tradisional sedangkan Sinom sudah lebih modern. 5. Rumah adat Limasan Lambang Sari Source Bentuk dari rumah adat ini sama seperti namanya, yaitu memiliki bentuk limas atau persegi panjang. Keunikan rumah adat ini adalah konstruksi atapnya yang menggunakan balok penyambung. Ini berbeda dengan ragam rumah adat sebelumnya. Tak hanya itu, Limasan Lambang Sari juga unik karena memiliki empat sisi atap yang dihubungkan dengan satu bubungan, dan disokong dengan 16 tiang. Ya, kamu akan selalu melihat ada 16 tiang dan atap dengan empat sisi di setiap rumah adat ini. Fondasi rumah adat Jawa Timur satu ini menggunakan bentuk umpak dengan alas tiang-tiangnya dari batu. Memiliki purus di tengah tiang bawah untuk mengunci tiang bangunan. 6. Rumah Adat Limas Trajumas Lawakan Source Pos Baru Bentuk rumah adat Jawa Timur ini adalah hasil perkembangan modern dari bangunan rumah Limasan Trajumas. Adanya emperan yang mengelilingi bangunan menjadi pembedanya dengan rumah Limasan Trajumas. Kemiringan emperan ini berbeda dengan yang dimiliki atap yang menaungi bangunan utama. Mereka cenderung memiliki bentuk lebih landai. Pada bagian tengah terdapat tiang yang membentuk dua rong-rongan di bagian ruang dalam. Atap rumah adat ini memiliki 4 sisi yang masing-masing tersusun 2 atap. Serta terdapat 20 tiang yang berfungsi sebagai struktur utama sehingga bangunan menjadi simetris. Material yang biasa digunakan untuk membangun rumah adat ini kayu jati, glugu, nangka, sonokeling, dan beberapa jenis kayu serat lainnya. Bangunan ini dibangun dari material kayu yang memiliki serat kuat dan dapat menerima gaya tekan serta gaya atrik. Itulah 6 rumah adat Jawa Timur yang khas dengan arsitektur bangunan tradisional tapi juga ada yang sudah mengalami perkembangan modern. Mana yang jadi favorit? Share di kolom komentar, yuk. Cari kost dekat dengan kuliner, perkantoran, rumah sakit, maupun tempat strategis lainnya? Coba ngekost di Rukita saja! Semua unit kost Rukita di Jabodetabek, Surabaya serta Bandung berada di lokasi strategis dengan akses mudah dekat berbagai tempat strategis. Jangan lupa unduh aplikasi Rukita via Google Play Store atau App Store, bisa juga langsung hubungi Nikita customer service Rukita di +62 819-1888-8087, atau kunjungi Follow juga akun Instagram Rukita di Rukita_Indo dan Twitter di Rukita_Id untuk berbagai info terkini serta promo Berkategori
Arsitekturbangunan. desya Risa. M.K.ARSITEKTUR BANGUN KOLONIAL (HJO,IPN, TLH ) Apakah arsitektur itu ? Asitektur dari bahasa Yunani āarchitektonā yang terdiri dari āarkheā = asli, awal, autentik, utama ā dan kata ātektonā= stabil , kokoh. Beberapa definisi arsitektur: 1).Seni dan teknik membangun yang digunakan untk memenuhi
ā Tuban, salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, adalah wilayah yang memiliki peran signifikan dalam perkembangan agama Islam di tanah air. Karenanya, Tuban disebut Kota Wali. Selain itu, Tuban juga merupakan kabupaten pertama pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit yang dipimpin bupati beragama Islam. Masjid Agung Tuban adalah salah satu rumah ibadah muslim di Indonesia yang memiliki sejarah panjang. Masjid ini didirikan pada abad ke-15 oleh Bupati Tuban pertama yang memeluk agama Islam, yakni Adipati Raden Ario Tedjo. Lokasi masjid pun sangat strategis karena berada di sekitar alun- alun kota dan tidakjauh dari kompleks makam Sunan Bonang. Masjid Agung Tuban, pantauan dari laut Masjid tuban Sebelum mencapai bentuk megah seperti yang terlihat saat ini, masjid telah dipugar beberapa kali. Tahun 1894 dilakukan perombakan pertama dengan menggunakan jasa arsitek Belanda, Toxopeus. Renovasi berikutnya pada tahun 1985 bertujuan memperluas bangunan masjid. Pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 2004. Pada renovasi terakhir dilakukan beberapa perubahan yang signifikan, seperti penambahan lantai dari satu menjadi tiga lantai, pembangunan sayap kanan dan kiri bangunan, pembangunan enam menara, dan sebagainya. Hasilnya, Masjid Agung Tuban menjadi sangat megah seperti yang bisa disaksikan saat ini. Tampilan luar bangunan masjid mengingatkan pada Masjid Imam di Kota Isfahan, Iran. Pengaruh ini juga yang menjadikan Masjid Agung Tuban tampak memancarkan pesona malam dengan permainan warna, terutama pada malam hari. Bagian dalam masjid yang banyak menggunakan pola lengkungan untuk menghubungkan tiang penyangga sehingga menghasilkan pola ruang dengan kolom-kolom, sepertinya terinspirasi dari ruang dalam Masjid Cordoba, Spanyol. Gaya arsitektur khas Nusantara dapat ditemui pada pintu dan mimbar yang terbuat dari kayu dengan ornamen ukiran khas Jawa. Di sayap mihrab terdapat tangga dari bahan kuningan mencirikan gaya khas ornamen Jawa Klasik. Selain pola arsitekturnya, Masjid Agung Tuban memiliki keistimewaan lain. Sekitar sepuluh meter dari masjid, berdiri Museum Kembang Putih yang menyimpan berbagai beres bersejarah seperti kitab Al-Quran kuna terbuat dari kulit, keramik Cina, pusaka, sarkofagus, dan sebagainya. Masjid Agung Tuban, yang pada awalnya bernama Masjid jamiā, kini tak sekadar berdiri megah, namun sekalgus menjadi simbol semangat religius masyarakat Tuban. Timur Tengah dan EropaSaksi Sejarah Keberhasilan Dakwah Islam Sunan Bonang di TubanSejarah Masjid Agung Tuban Timur Tengah dan Eropa Bagi mereka yang sudah lama tak berkunjung lagi ke Kota Tuban, dapat dipastikan akan sedikit kaget pangling Jawa dengan keberadaan Masjid Agung yang baru ini. Dahulunya, sebelum renovasi terakhir tahun 2004, Masjid Agung yang terletak di bagian Alun-alun Kota Tuban ini, masih sangat sederhana, dan tak tampak sisi menariknya. Ia sama saja dengan masjid-masjid lain di Indonesia. Masjid Agung Tuban Namun, setelah melalui renovasi sekaligus revolusi besar-besaran, pembangunan Masjid Agung ini dibuat seindah dan semenarik mungkin. Renovasi terakhir ini menelan biaya hingga Rp 17,5 miliar. Karenanya, bangunannya pun kini tampak indah dan megah. Tak heran bila akhirnya masjid ini mendapat julukan salah satu masjid terindah di Jawa Timur. Masjid yang letaknya berdekatan dengan makam Sunan Bonang ini memiliki keindahan yang tak kalah dengan masjid-masjid terkenal di penjuru nusantara. Bangunan masjid ini memiliki berjuta keindahan wisata religi dengan gaya ala bangunan masjid dalam dongeng 1001 malam. Dengan ornamen yang cantik, ditambah dengan polesan yang begitu detail, lantai keramik yang indah, tembok yang penuh ukiran, sampai kubah yang bercat warna-warni, membuat masjid ini menjadi semakin mewah dan indah. Baca Juga Masjid Cheng Ho Surabaya Sebuah Monumen Perjuangan dan Dakwah Laksamana Cheng Hoo Bila bentuknya kita amati, Masjid Agung Tuban ini memiliki ciri khas tersendiri. Secara garis besar, bentuk bangunannya terdiri atas dua bagian, yaitu serambi dan ruang shalat utama. Bentuknya tidak terpengaruh dengan bentuk masjid di Jawa pada umumnya yang atapnya bersusun tiga. Arsitektur masjid ini justru terpengaruh oleh corak Timur Tengah, India, dan Eropa. Sekilas bangunannya tampak ada kemiripan dengan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Tak hanya itu, bila diperhatikan dari model menaranya, Masjid ini seperti Blue Mosque Masjid Biru yang ada di Istanbul, Turki. Dan bila diperhatikan dari bentuk kubahnya, ia laksana Taj Mahal di India. Perpaduan ragam arsitektur itu, menambah indah Masjid Agung Tuban ini. Bahkan, dilihat dari pantai Kota Tuban, keindahan Masjid ini juga semakin menarik. Banyak warga Tuban yang memanfaatkan keindahan pantai Tuban untuk beristirahat sekaligus menikmati pemandangan Masjid Agung Tuban dari sudut lain. Keunikan lain dari Masjid Agung Tuban ini juga terlihat dari berbagai benda-benda peninggalan Wali Songo yang terdapat di dalamnya. Benda-benda bersejarah tersebut, antara lain berupa kitab Alquran kuno yang terbuat dari kulit, keramik Cina, pusaka, dan sarkofagus. Benda-benda tersebut saat ini disimpan di Museum Kembang Putih Tuban. Saksi Sejarah Keberhasilan Dakwah Islam Sunan Bonang di Tuban Masjid Agung Tuban, Saksi Sejarah Salah satu masjid tertua di Indonesia adalah Masjid Agung ini didirikan pada abad ke-15 oleh Bupati Tuban pertama yang memeluk agama Islam, yaitu Adipati Raden Ario Tedjo. Lokasi Masjid Agung Tuban berada di tempat strategis Kota Tuban, yaitu di sekitar alun-alun kota. Letaknya tidak jauh dari kompleks makam Sunan Bonang. Tepatnya masjid ini berada di jalan Bonang, Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Bangunan Masjid Agung Tuban tampak megah, sehingga sering kali disebut sebagai masjid dengan keindahan layaknya bangunan dalam dongeng 1001 malam. Sejarah Masjid Agung Tuban Sebelum menjadi Masjid Agung Tuban, masjid ini terlebih dahulu dikenal sebagai Masjid Jamiā Tuban. Sejarah pembangunan masjid agung ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Sunan Bonang. Namun, demikian masjid ini telah menjadi saksi sejarah keberhasilan dakwah agama Islam Sunan Bonang di Tuban. Masjid Jamiā Tuban pertama kali dibangun pada abad ke-15 Masehi, yakni pada masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo. Letaknya tidak jauh dari kompleks makam Sunan Bonang. Raden Ario Tedjo sendiri adalah Bupati Tuban ke-7 sekaligus Bupati Tuban pertama yang memeluk agama Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, bangunan masjid ini diperluas menjadi bangunan masjid yang dikenal sebagai Masjid Agung Tuban saat ini. Masjid tersebut mengalami beberapa kali renovasi, renovasi pertama dilakukan pada tahun 1894, yaitu pada masa pemerintahan Raden Toemengoeng Koesoemodiko sebagai Bupati Tuban ke-35. Pada masa itu, Raden Toemengoeng Koesoemodiko menggunakan jasa arsitek berkebangsaan Belanda, yaitu BOHM Toxopeus. Bukti sejarah ini dituliskan dalam prasasti yang berada di depan Masjid Agung Tuban, bunyinya Batoe yang pertama dari inie missigit dipasang pada hari Akad tanggal 29 Djuli 1894 oleh R. Toemengoeng Koesoemodiko Bupati Toeban. Ini Missigit terbikin oleh Toewan Opzicter Toxopeus. Renovasi berikutnya kemudian dilakukan pada tahun 1985 dengan tujuan memperluas bangunan masjid. Terakhir, pemugaran masjid dilakukan pada tahun 2004. Beberapa perubahan yang signifikan dilakukan pada renovasi terakhir, yaitu seperti penambahan lantai dari satu menjadi tiga lantai, pembangunan sayap kanan dan kiri bangunan, pembangunan enam menara, dan sebagainya. Baca juga KH. Abdullah Faqih Langitan Tuban, Biografi Singkat
Cirikhas rumah adat Jawa adalah bentuk atap ruang utama yang tinggi dan disangga oleh empat tiang Lalu ada juga bangunan tambahan yang berada di samping kanan atau kiri rumah yang berfungsi sebagai dapur. Tatalah interior ruangan dengan memadukan gaya Jawa dan gaya modern. Misalnya dengan menempatkan furnitur berukir, lampu gantung
- Mempelajari ragam hasil buadaya nusantara rasanya tidak lengkap jika belum mengenal rumah adat dari Jawa Timur. Walau sama-sama berada di Pulau Jawa, namun ada perbedaan rumah adat Jawa Timur dengan provinsi juga Alat Musik Trompet Reog Khas Jawa Timur Seiring berjalannya waktu dan pengaruh budaya dari daerah sekitar, rumah adat Jawa Timur memiliki bentuk dan nama yang beragam. Baca juga Mengenal Kaldu Kokot, Kuliner Madura yang Melegenda Berikut adalah berbagai nama rumah adat Jawa Timur beserta keunikan,ciri khas dan fungsi yang bisa dipelajari. Baca juga Nama Pakaian Adat Bali, Ciri Khas, Fungsi, dan Filosofi Rumah Adat Jawa Timur 1. Rumah Adat Osing Masyarakat Banyuwangi mengenal Osing sebagai nama rumah adat dari Jawa Timur. Rumah adat ini merupakan bangunan khas yang ditinggali Suku Osing di Banyuwangi. Untuk menjaga kelestariannya, rumah tradisional ini bahkan telah diatur dalam Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Arsitektur Osing. Dalam peraturan itu dijelaskan tipologi bangunan Osing berdasarkan atapnya yaitu tikel, cecorogan dan baresan. Semantara struktur bangunan rumah tradisional Osing terdiri dari soko atau tiang utama, tonggo tepas, ander, penglari, lambang, jait dhowo, jait cendhek dan ubeg. Ciri khas rumah tradisional Osing ada pada rangka kayu yang terbuat dari jenis kayu mangrove seperti kayu bendo, kayu mangir, kayu putat, atau kayu tanjang. Sementara genteng tanah liat yang digunakan lebih lebar dari genteng umunya yang disebut genteng plembang. Penutup lantai yang digunakan berupa batu bata yang disusun tanpa sempen yang disebut patelah. 2. Rumah Adat Suku Tengger Melansir dari laman Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Probolinggo, rumah adat Tengger dibangun oleh suku Tengger di daerah lereng Gunung Bromo. Menempati lereng gunung yang berhawa sejuk, rumah adat Suku Tengger menggunakan material kayu yang didapat dari hutan di sekitarnya. Lelono dan Taniardi dalam buku Mengenal Permukiman dan Rumah Tengger Berdasarkan Sistem Kepercayaan 2019 menyebut bahwa bentuk rumah yang ada tak jauh berbeda dengan rumah-rumah di Jawa pada umumnya dengan bentuk yang lebih sederhana. Rumah adat Suku Tengger memiliki empat tiang utama yang disebut cagak guru. Sementara atap rumah adat Suku Tengger mengadopsi bentuk atap kampung walau sebagian kecil juga menggunakan bentuk atap limasan. Bagian dalam rumah dibagi menjadi tiga bagian yaitu omah ngarep untuk menerima tamu atau melakukan acara adat, omah tengah atau peturon untuk beristirahat, serta omah mburi atau pawon sebagai dapurnya. 3. Rumah Adat Dhurung Suku Dhurung di Pulau Bawean yang masuk dalam wilayah Kabupaten Gresik juga memiliki ciri khas yang memperkaya ragam rumah adat Jawa Timur. Dhurung diambil dari istilah untuk bangunan berupa balai kecil yang sering dibangun di depan rumah. Berbeda dengan rumah adat dari Jawa Timur yang lain, rumah tradisional Suku Dhurung menggunakan pondasi rumah tradisional Suku Dhurung ini bukan merupakan tempat tinggal melainkan bangunan untuk bersosialisasi, bersantai, maupun beristirahat sepulang dari ladang. 4. Rumah Joglo Jompongan dan Joglo Sinom Seperti rumah adat di Jawa Tengah dan Yogyakarta, masyarakat Jawa Timur juga mengenal bentuk bangunan Joglo yang memiliki tiang utama atau saka guru. Ada berbagai jenis bangunan Joglo, diantaranya adalah Joglo Jompongan dan Joglo Sinom. Bangunan Joglo ini biasanya dibuat dari kayu jati yang terkenal dengan kekuatannya. Sementara ruangan dalam Joglo Jompongan dan Joglo Sinom dikenal dengan sebutan sentong, seperti senthong kiwa, senthong tengen, dan senthong tengah. Sementara bagian luar Joglo Jompongan dan Joglo Sinom dikelilingi teras dengan pondasi lebih tinggi dari tanah disekitarnya. Perbedaan antara Joglo Jompongan dan Joglo Sinom adalah Joglo Jompongan memiliki gaya tradisional sementara Joglo Sinom sudah lebih modern. 5. Rumah Adat Joglo Situbondo Masyarakat Situbondo juga mengenal gaya rumah adat Joglo dengan atap berbentuk limas atau dara gepak. Tak jauh berbeda dengan Joglo lainnya, material yang digunakan biasanya berasal dari kayu jati. Bagian depan saat memasuki Joglo ini akan terdapat makara atau selur gulung. Bagian bangunan dibagi dalam beberapa ruang seperti pendopo dan bagian inti rumah yang disebut senthong. Penggunaan senthong juga memiliki pembagian seperti senthong tengen untuk dapur dan gudang, senthong kiwa untuk untuk tidur, dan senthong tengah untuk penyimpanan benda pusaka atau benda berharga. 6. Rumah Adat Limasan Lambang Sari Selain Joglo, rumah adat dari Jawa Timur juga mengadopsi bentuk limasan. Salah satunya adalah Limasan Lambang Sari yang jadi salah satu nama rumah adat Jawa Timur. Keunikan bangunan ini ada pada konstruksi atap yang menggunakan balok penyambung. Kemudian ada empat sisi atap yang dihubungkan dengan satu bubungan, dan disokong dengan 16 tiang. Sementara di bagian pondasi, rumah adat dari Jawa Timur ini menggunakan bentuk umpak dengan alas tiang-tiangnya dari batu. 7. Rumah Adat Limas Trajumas Lawakan Limas Trajumas Lawakan merupakan pembaruan dari gaya tradisional Limas Trajumas yang kerap ditemukan di Jawa Timur. Adanya emper yang mengelilingi bangunan merupakan ciri khas dari Limas Trajumas Lawakan. Emper ini memiliki bentuk lebih landai dari atap yang menaungi bangunan utama. Material yang digunakan Limas Trajumas Lawakan pun berbeda yaitu menggunakan kayu berserat seperti glugu, sonokeling, dan kayu jati. Sumber Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
ZD1f. 99rkqkunkm.pages.dev/299rkqkunkm.pages.dev/41499rkqkunkm.pages.dev/2499rkqkunkm.pages.dev/17599rkqkunkm.pages.dev/47799rkqkunkm.pages.dev/40799rkqkunkm.pages.dev/39599rkqkunkm.pages.dev/210
gaya bangunan khas jawa